Peluncuran Kegiatan Konservasi Telaga Makam di Dusun Temon, Desa Giripurwo

Berdasarkan data Bappeda (Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah) Kabupaten Gunungkidul, dari sekitar 280 telaga yang ada di wilayah kabupaten, hanya sebanyak 71 telaga masih bisa dimanfaatkan sumber airnya pada musim kemarau. Penyebab umum banyaknya telaga menjadi kering saat kemarau diantaranya akibat sedimentasi, laju penguapan tinggi, tanah berpori dan periode saat kering yang lebih panjang dari kondisi normal.

Telaga Makam yang terletak di dusun Temon, Desa Giripurwo, Kecamatan Purwosari mengalami penyusutan debit secara signifikan. Kondisi berkurangnya debit air di Telaga Makam tidak luput dari aktivitas manusia yang menyumbang laju degradasi tanah dan mempercepat tanah menjadi kering. Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan di lahan pertanian dengan kemiringan menjadikan penyebab tanah mudah tergerus air hujan dan masuk ke telaga. Hal ini juga memicu sedimentasi. Selain itu, tanaman pelindung disekitar telaga telah berkurang dalam beberapa tahun terakhir.

Untuk mengembalikan fungsi Telaga Makam menjadi penopang sumber air di musim kemarau, diperlukan tindakan konservasi yang meliputi penanaman pohon untuk mengurangi penguapan air dan pembuatan terasering untuk mencegah sedimentasi di telaga. Namun demikian, dibutuhkan waktu yang lama untuk mengembalikan kondisi telaga menjadi normal seperti semula.

Untuk mengawali program konservasi, pada tanggal 5 Oktober 2016 dilakukan peluncuran program konservasi Telaga Makam yang dihadiri oleh Camat Purwosari, sekaligus menjadi perwakilan Bupati Gunungkidul, perwakilan Pengurus YAKKUM, Dinas Pekerjaan Umum (Bidang Pengairan), Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Gunungkidul, Kepala Desa Giripurwo dan segenap perwakilan warga padukuhan Temon. Kegiatan dilanjutkan dengan peletakan batu pertama untuk konstruksi terasering dan diakhiri dengan kenduri, yaitu makan bersama sebagai ungkapan syukur dan doa agar kegiatan konservasi telaga dapat berjalan lancar. (AMT)