
Yogyakarta, 15 Mei 2025 – YAKKUM Emergency Unit (YEU) dalam program IDEAKSI menyelenggarakan Lokakarya Mekanisme Evakuasi kepada Kelompok Berisiko Tinggi yang dilakukan pada tanggal 14 hingga 15 Mei 2025. Kegiatan ini mempertemukan 48 peserta dari berbagai latar belakang diantaranya Organisasi Penyandang Disabilitas (OPDis), kelompok pemuda, lansia, caregiver, dan BPBD. Lokakarya ini difasilitasi oleh BASARNAS (Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan) Daerah Istimewa Yogyakarta dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan evakuasi saat terjadi bencana juga untuk menyusun mekanisme evakuasi darurat yang aman, efektif dan inklusif khususnya bagi kelompok yang memiliki kerentanan tinggi seperti lansia, penyandang disabilitas, perempuan hingga anak-anak.
Gambar 1. Perwakilan dari BASARNAS DIY sebagai fasilitator dalam lokakarya evakuasi kelompok berisiko
“Kita tidak ingin lagi melihat korban jiwa dari kelompok rentan karena system evakuasi yang tidak memadai,” ungkap Arnice Ajawaila mewakili YEU. Komitmen ini diperkuat oleh perwakilan BASARNAS DIY dengan membagikan pengalaman mereka dalam penanganan situasi darurat, serta pentingnya evakuasi yang mempertimbangkan kondisi fisik dan psikososial.
Lokakarya dibagi menjadi sesi-sei tematik seperti prinsip dasar evakuasi, pengenalan ragam disabilitas, aksesibilitas, teknik penyelamatan darurat hingga etika berinteraksi dengan penyandang disabilitas. Di hari terakhir, peserta juga melakukan simulasi evakuasi dan praktik pertolongan pertama secara langsung. Simulasi ini menjadi wahana pembelajaran penting bagi semua pihak tentang tantangan nyata dan kebutuhan spesifik dari kelompok berisiko dalam proses evakuasi.
Gambar 2. Diskusi kelompok untuk memetakan kebijakan, praktik dan rekomendasi dalam evakuasi kelompok berisiko
Di sela-sela diskusi, yang menjadi sorotan adalah pentingnya mendorong evakuasi mandiri oleh kelompok berisiko, bukan hanya menempatkan mereka sebagai objek yang diselamatkan. Hal ini mencerminkan pendekatan berbasis hak dan kapasitas individu.
Peserta yang hadir juga aktif berbagi pengalaman, Retta, seorang penyandang disabilitas low vision, menekankan bahwa evakuasi mandiri sangat mungkin dilakukan jika tersedia dukungan aksesibilitas dan alat bantu yang sesuai. Menurutnya “Kita hanya perlu mengenal lingkungan, tahu apa yang harus dilakukan dan punya kesempatan untuk bersuara.”
Gambar 3. Hendry Hernowo menjelaskan etika berinteraksi dengan penyandang disabilitas
“Penyandang disabilitas memiliki hak untuk dilibatkan dalam pengambilan keputusan terkait keselamatan mereka sendiri. Jangan tempatkan mereka hanya sebagai penerima bantuan,” Hendry Hernowo Ketua FIDAKAMA (Forum Inklusi Disabilitas Kabupaten Magelang)
Hal baik dari lokakarya ini telah tercapainya konsensus awal untuk menyusun dokumen mekanisme evakuasi inklusif yang akan dirujuk dalam rencana kontijensi baik di tingkat provinsi, kabupaten, desa, maupun klaster kebencanaan. Dokumen ini nantinya akan merinci teknik-teknik evakuasi sesuai ragam disabilitas, skenario simulasi yang realistis dan standar etika interaksi dengan kelompok berisiko.
Gambar 4. Foto bersama peserta
Hasil rumusan bersama akan dibagikan dan dikonsultasikan lebih lanjut melalui sub-klaster LDR (Lansia, Disabilitas dan Kelompok Berisiko Lainnya). Dokumen akhir diharapkan menjadi rujukan nasional dalam memastikan tidak ada satupun yang tertinggal dalam situasi darurat.
Lokakarya ini bukan hanya tentang pelatihan teknis, tetapi juga langkah nyata membangun sistem kesiapsiagaan yang inklusif, manusiawi, dan partisipatif. Melalui inisiatif seperti ini, kita bergerak bersama untuk memastikan bahwa evakuasi bukan hanya penyelamatan fisik, tetapi juga penghormatan atas martabat dan hak setiap individu.
---------------
Penulis: Desy Putri R. - Staf Informasi dan Komunikasi
Media Sosial
@yakkumemergency
yakkumemergency