
Bank Sampah Barokah merupakan salah satu Tempat Pembuangan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS 3R) yang terdapat di Desa Nglumut, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Pada Selasa, 5 November 2024, Sebanyak 66 peserta yang terdiri dari ibu-ibu kelompok Perempuan mitra, beserta tim YAKKUM Emergency Unit (YEU) berkumpul di Gedung TPS 3R Nglumut Asri. Bank Sampah ini merupakan salah satu TPS di Kabupaten Magelang yang telah didukung oleh Dinas Pekerjaan Umum.
Kegiatan ini merupakan bagian dari pembelajaran sebaya antar kelompok Perempuan di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Kegiatan ini merupakan bagian dari Proyek Huairou Commission untuk memperkuat kapasitas perempuan sebagai pemimpin dalam upaya adaptasi perubahan iklim dan aksi ketangguhan terhadap bencana, termasuk diantaranya bencana hidrometeorologi.
Tujuan dari kegiatan ini antara lain untuk saling bertukar pengalaman dan pembelajaran praktik baik dari kelompok lain dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan antar kelompok. Selain itu kegiatan ini juga membuka kesempatan kepada kelompok tani perkotaan dan pedesaan untuk dapat berbagi ilmu. Kegiatan ini juga merupakan sarana berjejaring bagi antar kelompok Perempuan.

Gambar 1. Didik, Ketua Bank Sampah Barokah Menceritakan Pengalaman Bank Sampah Barokah dalam Pengelolaan Sampah di Desa Nglumut - (Foto: Amy Walker)
Kegiatan tukar pembelajaran sebaya ini dibuka oleh Lurah Desa Nglumut, Imros Suheri. Ia menjelaskan awal mula terbentuknya TPS 3R berawal dari kegiatan Bank Sampah Barokah di Desa Nglumut. Hingga akhirnya Bank Sampah Barokah berdiri, dan mendapat binaan dari YAKKUM Emergency Unit pada tahun 2017. Sebelum Gedung TPS 3R ini didirikan, kegiatan pemilahan sampah masih menumpang di rumah warga. Namun setelah dengan adanya aturan bupati bahwa setiap desa wajib memiliki bank sampah, kegiatan bank sampah ini mulai mendapatkan pendanaan melalui dana desa. Seiring berjalannya waktu, kelompok Bank Sampah Barokah mengajukan permohonan dana, melalui jejaring DPR yang dimiliki untuk mendirikan TPS 3R di Desa Nglumut. TPS 3R Nglumut ini didirikan menggunakan anggaran Dinas Pekerjaan Umum sebesar enam ratus juta rupiah.
Pada sesi sharing pembelajaran, Didik selaku ketua pengurus Bank Sampah Barokah menjelaskan bahwa Gedung TPS 3R ini sudah ada sejak tahun 2020 dan mulai aktif beroperasi sejak 2021. Selama 3 tahun berjalan, Bank Sampah Barokah melakukan kegiatan, masih mengandalkan biaya operasional dari Masyarakat. Masyarakat membayar sebesar Rp 15,000 per bulan untuk kebutuhan operasional pengangkutan sampah, hingga akhirnya dianggarkan dari dana desa sebesar RP 15.000,000 per tahun untuk membiayai kegiatan Bank Sampah Barokah. Menurut Didik, Bank sampah hanya seperti bakti sosial dalam artian setiap tahun tidak mendapatkan apa-apa, hingga akhirnya perlahan mendapat dukungan dana dari pemerintah desa, untuk pengurus-pengurus bank sampah.
Praktik baik yang telah dilakukan oleh Bank Sampah Barokah antara lain membangun relasi dan berjejaring. Dalam sesi sharing tersebut dijelaskan bahwa jejaring komunikasi dan kekuatan advokasi menjadi salah satu faktor pendorong terbentuknya TPS 3R Nglumut. Selain itu dalam proses pengembangan bank sampah, kekuatan jejaring dan relasi juga digunakan dalam menentukan pengepul yang bersedia membayar sampah plastic mereka dengan harga yang sesuai standar. Selain itu transparansi transaksi di awal sangatlah penting, dimana penentuan kesepakatan harga sampah plastic dan barang bekas disepakati oleh pengepul dan bank sampah.
Beberapa peserta yang hadir merupakan bagian dari kelompok bank sampah di masing-masing desa. Pertanyaan yang sering kali muncul memang terkait penentuan harga sampah plastic dan barang bekas lainnya. Kendala yang dihadapi bank sampah di Yogyakarta adalah harga yang ditetapkan pengepul cenderung rendah dan dirasa tidak menguntungkan bank sampah. “Harga sampah plastik cenderung turun, namun jika sampah dipilah dengan benar, sebenarnya tidak.” Jelas Atik Pratiwi ketua penggerak lingkungan di Kabupaten Magelang.
Pembelajaran Sebaya : Aksi Nyata Untuk Hadapi Perubahan Iklim
Gambar 2. Antusiasme peserta saat praktik pembuatan pakan ikan organic – (Foto :Amy Walker)
Pembelajaran sebaya dilakukan dengan membagi ke dalam 2 kelas. Kelas-kelas tersebut difasilitasi oleh Lucy Okyta Purba selaku ketua Bank Sampah Gempita, Suryatmajan, Yogyakarta; Syarifah Anggreini, Ketua Kelompok Tani (KT) Migunani Suryatmajan; Warsilah dan Pertiwi Hidayati, dari Kelompok Wanita Tani (KWT) Watugajah, Gunung Jati, Gunungkidul; Wartini dan Ismi dari Kelompok Wanita Tani (KWT) Girimulyo. Pada sesi pembelajaran tersebut masing-masing fasilitator menyampaikan bagaimana proses pengolahan sampah berjalan di kelompok mereka.
Kelas-kelas tersebut juga dibagi ke dalam 2 sesi di pagi hari dan di siang hari setelah istirahat. Pada sesi pagi lebih kepada kegiatan presentasi dan sharing pengalaman pembelajaran oleh kelompok Bank Sampah Gempita dan Kelompok Tani Migunani. Pada siang hari dilanjutkan dengan praktik bersama pengolahan limbah organik menjadi pakan ikan organik, oleh KWT Girimulyo. Selain itu juga dilakukan praktik pembuatan Mikro Organisme Lokal Bersama KWT Melati Watugajah.
---------------
Penulis: Devina Prima Kesumaningtyas - Staf Informasi dan Komunikasi
Media Sosial
@yakkumemergency
yakkumemergency
@YEUjogja