Monitoring dan Evaluasi Asian Development Bank dan Huairou Commission untuk Proyek CRPP di  Indonesia

Pada 28-29 November 2024 Huairou Commisssion (HC) bersama dengan Asian Development Bank (ADB) melakukan kunjungan untuk misi monitoring dan evaluasi. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana proyek CRPP berjalan di Indonesia. CRPP sendiri merupakan proyek yang bertujuan untuk meningkatkan investasi pemerintah dalam ketahanan masyarakat miskin dan rentan yang terkena dampak perubahan iklim. Secara khusus proyek ini memberikan perhatian pada pembelajaran dari solusi transformasional di tingkat masyarakat, yang secara eksplisit mengatasi dampak yang saling bersinggungan antara iklim, gender, dan kemiskinan.

 

Pemaparan Kinerja Kelompok Kerja Perempuan untuk Aksi Ketangguhan DIY

Anggota POKJA (Kelompok Kerja) berkumpul di rumah Bu Syarifah pada 28 November 2024 untuk menghadiri diskusi bersama ADB dan HC. Pada kegiatan tersebut ibu-ibu anggota POKJA DIY mempresentasikan kinerja mereka selama Bulan Juni-Oktober 2024. Mereka juga memaparkan perubahan apa saja yang telah mereka rasakan sejak tergabung di dalam POKJA, serta kontribusi mereka untuk proyek Community Resillience Partnership Program (CRPP).

Sejak proyek ini dimulai, para anggota POKJA telah berkontribusi salam konsultasi alat kajian risiko bencana komunitas, serta asesmen kerentanan di masyarakat. Mereka juga terlibat aktif dalam proses diskusi kajian risiko bencana sebagai fasilitator di kelompok. Keterlibatan mereka memberikan dampak positif seperti pemahaman akan risiko bencana akibat perubahan iklim. Selain itu mereka mampu memetakan masalah, ancaman, risiko, dan cara untuk mengatasi atau mengurangi dampak yang ditimbulkan.

 

Pemaparan Perwakilan Kelompok Perempuan Gunungkidul untuk Proyek CRPP

Kunjungan dilanjutkan di tanggal 29 November 2024, di Kalurahan Girimulyo, Gunungkidul untuk melanjutkan penggalian data bersama kelompok-kelompok perempuan mitra YEU untuk proyek CRPP. Musidah selaku ketua kelompok Mulyo Mandiri memaparkan bagaimana proses kegiatan pembelajaran dan aksi ketangguhan berjalan di desa mereka. Dimulai dari kajian risiko bencana yang dilaksanakan pada bulan Mei 2024, mereka memetakan risiko bencana yang terjadi di kalurahan mereka. Bencana yang dipetakan lebih fokus kepada bencana hidrometeorologi, sehingga ancaman bencana yang paling berdampak adalah kekeringan. Selanjutnya mereka juga melakukan asesmen kelompok rentan. Asesmen tersebut dilakukan menggunakan metode survey yang dilakukan kepada kelompok-kelompok rentan. Dari hasil kajian risiko bencana dan asesmen kelompok rentan, mereka mampu menentukan aksi ketangguhan yang dapat dilakukan bersama. Mereka juga telah menyusun proposal untuk pendanaan aksi ketangguhan mereka kepada YEU, HC, dan ADB. Kelompok Perempuan Mulyo Mandiri juga telah melakukan dialog lokal bersama pemerintah Kalurahan Girimulyo di bulan September 2024.

Presentasi dilanjutkan oleh pemaparan dari Triyanita, perwakilan Kelompok Perempuan Tangguh Mertelu dari Kalurahan Mertelu. Sama halnya dengan Kalurahan Girimulyo, yang mengawali implementasi program dengan Kajian risiko bencana dan asesmen kerentanan. Namun presentasi yang disampaikan Tri Yanita ini juga meliputi pandangan mereka terkait kerentanan, khususnya ketika dihadapkan dengan perubahan iklim. Melalui perspektif tersebut, muncul kelompok-kelompok rentan baru seperti petani, perempuan, lansia mandiri, serta kelompok disabilitas. Petani merupakan salah satu kelompok rentan karena mereka mengandalkan penghasilan dari hasil bercocok tanam. Namun ketika memasuki musim kemarau, lahan pertanian rawan mengalami kekeringan dan berakibat pada gagal panen. Selain itu kekeringan yang dihadapi dapat berdampak pada peningkatan kebutuhan rumah tangga. Keluarga yang tidak memiliki aset seperti tanah atau lahan pertanian, maupun ternak, akan rentan untuk mengajukan pinjaman hutang guna memenuhi kebutuhan.

 

------------------

Penulis: Devina Prima Kesumaningtyas, Staf Informasi dan Komunikasi