Sosialisasi Community Resilience Partnership Program (CRPP) Kepada Masyarakat di Kabupaten Gunungkidul

Pada Hari Rabu, 14 Mei 2024, telah dilakukan Sosialisasi Proyek Community Resilience Partnership Program (CRPP). Proyek ini bertujuan untuk menguatkan ketangguhan di masyarakat yang menyasar kepada kelompok-kelompok perempuan khususnya dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Di Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya Kabupaten Gunungkidul, merupakan salah satu wilayah yang paling terdampak oleh perubahan iklim. Musim kemarau yang cukup panjang berdampak pada kekeringan di Kabupaten Gunungkidul. Pada tahun 2023, YEU telah melakukan respons bencana kekeringan di 8 kalurahan di Gunungkidul, dengan melakukan distribusi air bersih. Hal tersebut menunjukkan perlunya program pemberdayaan masyarakat yang mampu meningkatkan ketangguhan masyarakat, khususnya kelompok perempuan dalam menghadapi bencana kekeringan. 

Proyek CRPP menyasar kepada 5 kelompok perempuan di Kabupaten Gunungkidul. Sebelumnya tim YEU telah melakukan kajian kepada 10 Kelompok Perempuan di tingkat kalurahan, seperti KWT dan PKK. Dari proses kajian terpilih 5 Kelompok Wanita, yaitu KWT Tani Manunggal Giricahyo, KWT Kartika Sari Giriharjo, KWT Rejeki Laris Girimulyo, PKK Mertelu, dan PKK Jurangjero.

Kelompok-kelompok perempuan terpilih nantinya akan mendapat kesempatan untuk mengikuti pelatihan dan pengembangan kapasitas bagi anggota kelompok mereka, serta pendanaan dari Asian Development Bank (ADB)  melalui Huairou Commission (HC) dan YEU dalam rangka pengembangan aksi ketangguhan masyarakat. Proyek ini menggunakan pendekatan berlian (diamond approach) sebagai dasar Teori Perubahan, dimana kelompok perempuan dapat membangun jejaring  dan koalisi agar dapat saling berbagi pengetahuan, merancang dan mengevaluasi proyek secara bersama; membina pengetahuan dan praktik baik perempuan akar rumput; memperkuat pengorganisasian dan kepemimpinan perempuan di tingkat akar rumput. Dari sinergi antar kelompok perempuan akar rumput tersebut diharapkan dapat mempengaruhi dan mengubah kebijakan publik dan prosesnya.

Acara yang bertempat di Hotel Santika Gunungkidul dihadiri oleh 37 peserta dari berbagai kalangan masyarakat seperti perangkat kelurahan, Dinas Pertanian, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Dinas Sosial, Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, kelompok perempuan terpilih, dan Universitas Gunungkidul. Dengan melibatkan aktor-aktor tersebut maka akan tercipta sinergi dan kolaborasi elemen pentahelix dalam hal pengurangan risiko bencana. 

Proyek ini mendapat sambutan yang positif. Beberapa diantaranya menyampaikan bahwa proyek ini akan sangat bermanfaat dan membantu kebutuhan masyarakat di Gunungkidul, khususnya terkait penanggulangan bencana kekeringan dan serangan hama monyet ekor panjang. Mereka juga berharap ke depannya proyek ini dapat mewujudkan kelompok perempuan yang tangguh dan berdaya guna serta adaptif terhadap dampak perubahan iklim. Selain itu, mereka juga berkomitmen dalam untuk mendukung kegiatan terkait iklim, seperti dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) berkomitmen untuk mendukung Program Iklim (Proklim) dan bersinergi dengan program kampung iklim DLH Gunungkidul.

 

DPMKP2KB menyampaikan bahwa, “Program ini dapat menjadi salah satu solusi dalam menghadapi bencana , terutama bencana perubahan iklim yang dapat berdampak pada tingkat kemiskinan.”