Workshop Akhir Proyek LEAP merupakan rangkaian akhir dari proyek LEAP, yang telah berjalan sejak tahun 2022, dilaksanakan pada 29 April 2024. LEAP sendiri merupakan singkatan dari Locally-Ied Inclusive Disaster Response and Preparedness atau Tanggap Darurat dan Kesiapsiagaan Bencana yang Inklusif yang Dipimpin secara Loka yang didanai oleh Diakonie Katastrophenhilfe (DKH) mencakup berbagai inisiatif pengurangan risiko bencana dan respons kebencanaan di Indonesia.
Sasaran dari proyek LEAP adalah untuk meningkatkan kualitas respons bencana dan ketangguhan bencana yang inklusif dan dipimpin inisiatif lokal. Selama dua tahun pendampingan kepada masyarakat di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), program LEAP telah menyasar 1676 orang di 12 kelurahan/kalurahan di 5 kota/kabupaten, yaitu Seloharjo, Canden, Pakembinangun, Hargobinangun, Klitren, Prawirodirjan, Purwosari, Banaran, Hargobinangun, Pakembinangun, Girikarto, dan Kedungpoh. Kegiatan ini turut menyasar 780 orang dengan disabilitas dan lansia. Dukungan yang diberikan adalah peningkatan kapasitas dan fasilitasi kelompok Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) di masing-masing lokasi tersebut.
Upaya Pengurangan Risiko Bencana Dimulai Dari Akar Rumput
(FPRB Kalurahan Purwosari berbagi pengalaman selama mengikuti kegiatan bersama YEU)
Melalui Proyek LEAP, YEU (YAKKUM Emergency Unit) berupaya untuk mengurangi risiko bencana dari level administratif terkecil, seperti kelurahan/kalurahan . Advokasi pengurangan risiko bencana tingkat desa dilakukan untuk dapat mempengaruhi kebijakan dan pendanaan di level pemerintahan desa. Saat ini FPRB di tingkat kelurahan/kalurahan sudah memiliki Surat Keputusan (SK) yang dikeluarkan oleh BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah). Melalui pembentukan maupun reaktivasi kembali FPRB, maka akan ada tim khusus di tingkat kelurahan/kalurahan yang memiliki kapasitas dalam mengurangi risiko bencana akibat dari kerentanan yang ada di wilayahnya. Upaya-upaya mengurangi kerentanan komunitas dalam menghadapi ancaman yang ada dilakukan melalui rangkaian pelatihan, seperti Manajemen Tempat Pengungsian, Kajian Risiko, Analisis Gender, Pendataan dan Kaji Cepat, serta pelatihan Penanganan Penderita Gawat Darurat (PPGD).
Program LEAP mendorong jejaring gereja dalam rangka penguatan kapasitas melalui dukungan langsung kepada relawan gereja, dimana sebanyak 225 relawan dari 79 Gereja yang tersebar di DIY dan Jawa Tengah serta beberapa daerah lain di Pulau Jawa mengikuti rangkaian pelatihan serupa. Mereka diberikan kesempatan untuk saling berjejaring antar gereja melalui Jambore Relawan Gereja dan Sasana Relawan YEU. Relawan gereja tergabung di dalam Jakomkris PBI (Jejaring Komunitas Kristen untuk Penanggulangan Bencana di Indonesia) yang memberikan dukungan spesifik dalam hal koordinasi respons tanggap darurat. Hal itu terbukti dalam kegiatan tanggap darurat saat banjir di Jawa Tengah, dimana jejaring relawan gereja turut membantu dalam tanggap darurat.
Aksi Ketangguhan Sebagai Upaya Nyata Masyarakat Dalam Mengurangi Dampak Bencana
(David Pattinama selaku Manajer Proyek LEAP mempresentasikan capaian dan aktivitas yang telah dilakukan)
YEU memberikan dukungan bagi FPRB di kelurahan/kalurahan untuk mengimplementasikan rencana aksi ketangguhan mereka dalam bentuk pemberian hibah. Aksi-aksi ketangguhan komunitas dilakukan dalam bentuk usaha bersama seperti ternak kambing, budidaya ikan lele, bank sampah, dan sembako murah. Dengan mengembangkan usaha bersama tersebut, diharapkan ada pendanaan berkelanjutan untuk upaya pengurangan risiko bencana di masing-masing wilayah. Dana aksi ketangguhan diberikan berdasarkan proposal yang telah diajukan oleh masing-masing kelompok, termasuk analisis bisnis usaha mereka. Dengan demikian mereka memiliki perencanaan matang untuk pengembangan usaha ke depan dan dapat dipertanggungjawabkan.
Dukungan dari BPBD DIY untuk FPRB yang Lebih Tangguh
Di akhir sesi workshop, terdapat presentasi dari Kepala Pelaksana BPBD DIY, Drs. Noviar Rahmad, M.Si terkait dukungan yang diberikan dari BPBD DIY untuk FPRB. Dalam presentasinya, beliau memaparkan terkait ancaman bencana di DIY dan serta pembaruan informasi kejadian bencana di DIY. Ia juga menyampaikan bahwa pada tahun 2023 terdapat 1418 kejadian bencana di DIY, termasuk bencana hidrometeorologi seperti kekeringan, banjir, dan angin kencang. BPBD di tingkat provinsi dan kabupaten memiliki komitmen untuk melibatkan relawan dan FPRB.
Ini adalah dukungan positif dari BPBD DIY kepada segenap anggota FPRB dan upaya untuk menyusun peraturan pemerintah terkait FPRB sampai dengan tingkat kelurahan/kalurahan di DIY. Peraturan daerah yang sudah ada selama ini masih menyasar sampai dengan tingkat kecamatan, namun kedepannya BPBD DIY mendukung adanya Perda yang mengatur FPRB di tingkat kelurahan/kalurahan. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk memastikan komitmen ketersediaan anggaran kesiapsiagaan bencana di tingkat kelurahan/kalurahan.
Media Sosial
@yakkumemergency
yakkumemergency
@YEUjogja