
Disabilitas bukan suatu hambatan bagi seorang Maridi untuk dapat hidup mandiri. Ia dan istrinya memiliki usaha rengginang sebagai sumber penghasilan keluarganya. Bapak dari dua anak ini juga merupakan anggota aktif FPRB Girikarto Gunungkidul, serta tergabung di dalam komunitas DIFAGANA (Difabel Tanggap Bencana).
Maridi mulai terlibat dalam kegiatan pelatihan bersama YEU dan kegiatan-kegiatan komunitas lainnya. Hal ini membantu memupuk kepercayaan diri dan mampu untuk keluar dari zona nyamannya. Beberapa pelatihan yang ia ikuti telah menambah kapasitasnya, khususnya pelatihan-pelatihan terkait kebencanaan. Peningkatan kapasitas itu membuatnya lebih berdaya dan lebih mampu berpartisipasi dalam pengambilan keputusan di masyarakat.
Sejak tergabung dalam Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Maridi merasa keberadaan kelompok difabel lebih diakui. Ia dan teman-teman difabel lainnya kini dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Mereka menjadi lebih berani dalam menyuarakan pendapatnya. Ia juga sempat memberikan masukan terkait kebutuhan aksesibilitas kelompok disabilitas pada Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan).
Kelompok difabel ini diundang dalam pertemuan Bulan Peringatan Pengurangan Risiko Bencana yang diadakan pada 11 Oktober 2023 di Kendari. Dalam kesempatan tersebut, ia memaparkan terkait upaya pengurangan risiko bencana yang telah dilakukan oleh FPRB Girikarto seperti pelatihan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD), manajemen tempat pengungsian, serta etika evakuasi kelompok berisiko. Pelatihan-pelatihan tersebut dirasa sangat bermanfaat bagi kelompok FPRB Girikarto.
Selain itu, FPRB Girikarto juga melakukan upaya-upaya pengurangan risiko bencana. Aksi yang dilakukan adalah membuat usaha peternakan kambing, dimana 30% diantaranya dimanfaatkan sebagai dana sosial, jika terjadi bencana. Sistem pengembangan usaha yang dilakukan berupa arisan kambing dan setiap bulannya anggota FPRB wajib mengumpulkan sejumlah uang, untuk nantinya digunakan sebagai modal pembelian kambing.
Saat ini pemerintah Kalurahan Girikarto sudah mulai memperhatikan kebutuhan kelompok disabilitas. Menurut Mariadi, meskipun belum sepenuhnya terpenuhi dan tepat sasaran, setidaknya sudah ada kemajuan terkait upaya inklusi di Kalurahan Girikarto. Ia berharap kedepannya Pemerintah Kalurahan Girikarto dapat lebih memperhatikan kebutuhan kelompok disabilitas.
Disisi lain, Maridi mendorong supaya teman-teman difabel jangan terlena dengan zona nyaman yang dimiliki. Kadang masih sering ia temui beberapa teman-teman difabel masih berdiam diri dan menunggu bantuan dan donasi. Seharusnya kita dapat berdaya, dan mampu untuk mandiri. Oleh sebab itu ia berharap kedepannya agar ada pelatihan yang lebih tepat sasaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka saat ini.
Menurutnya, selama ini difabel di wilayahnya telah mendapatkan pelatihan dalam membuat produk untuk penghidupan. Namun yang Ia sayangkan, pelatihan tersebut hanya berhenti sampai disitu. Tidak ada kelanjutan pelatihan seperti pemasaran produk dan pelatihan komunikasi agar mereka dapat memasarkan produk mereka lebih baik. Dengan demikian, pelatihan yang berkesinambungan dibutuhkan untuk teman-teman difabel agar dapat hidup mandiri dan berdaya.
Kedepannya, ia berharap agar ia dan teman-teman difabel lainnya dapat lebih berdaya dan mandiri, sehingga mereka tidak perlu takut untuk keluar dari zona nyaman mereka saat ini.
Media Sosial
@yakkumemergency
yakkumemergency
@YEUjogja