Kepemimpinan Perempuan Membangun Kekuatan untuk Meningkatkan Ketangguhan

Foto bersama peserta Peer Exchange di Asia Tenggara

Peer Exchange yang Pertama Setelah Pandemi COVID-19

Dalam kurun waktu 2 tahun sejak pandemi COVID-19 melanda dunia, sudah banyak aktivitas yang tertunda bahkan dibatalkan termasuk aktivitas Pertukaran Pembelajaran Sebaya untuk kelompok perempuan akar rumput anggota Huairou Commission di Asia Tenggara . Kelompok ini akhirnya bertemu di Manila, Filipina pada 30 Mei sampai 3 Juni 2023 untuk berbagi praktik baik dari aksi ketangguhan yang mereka lakukan di wilayahnya. Pertemuan ini mengobati kerinduan anggota kelompok untuk bertemu dan berbagi pengalaman sekaligus menjadi momen untuk saling menguatkan satu sama lain dalam perjuangannya.

Kegiatan diikuti oleh 6 anggota Huairou Commission di kawasan,  antara lain Union of Local Authorities of the Philippines (ULAP ), Solidarity of Oppressed Filipino People (DAMPA/SOFP), CO Multiversity, dan Lihok-Pilipina yang merupakan anggota dari Filipina, Urban Poor Women Development (UPWD) dari Kamboja, dan YAKKUM Emergency Unit (YEU) dari Indonesia. Dalam pertukaran pembelajaran sebanyak 20 peserta berpartisipasi dalam aktivitas kunjungan lapangan di komunitas dampingan ULAP, DAMPA dan CO Multiversity yang berlokasi di San Jose Del Monte City dan Cainta, Filipina. Ada tiga topik utama yang didiskusikan dalam pertukaran pembelajaran, yaitu pengelolaan sampah, pemberdayaan ekonomi perempuan, dan kekerasan berbasis gender. 

Pengolahan Sampah untuk Mengatasi Risiko Bencana dan Meningkatkan Kualitas Hidup Keluarga

Ibu Lucia dari Indonesia berbagi tentang bagaimana pengelolaan sampah berkontribusi pada peningkatan ketangguhan masyarkat

4 dari 6 kelompok perempuan mengorganisir pengelolaan sampah di wilayahnya dan bekerja sama dengan pemerintah setempat. Kelompok perempuan di Muson Barangay di San Jose Del Monte mengelola Material Recovery Facility(MRF) bekerja sama dengan PepsiCo yang merupakan perusahaan yang bergerak di industri makanan dan membuat produk kemasannya dari limbah daur ulang. Komunitas Damayan yang tinggal di dekat Laguna de Bay mengelola limbah perca menjadi berbagai produk seperti pakaian, keset, lap meja, dan lain-lain. Inisiatif pengolahan limbah perca menjadi mata pencaharian utama yang membantu para perempuan dan keluarganya bertahan secara finansial melewati masa pandemic COVID-19 ketika mata pencaharian utama mereka tidak dapat dilakukan. Bahkan, kebutuhan pendidikan untuk anak-anak dapat terpenuhi dari hasil inisiatif ini.

Pada kesempatan yang sama, Ibu Lucia, perwakilan kelompok perempuan YEU berbagi praktik baik pengelolaan Bank Sampah Gempita, terutama pada metode pemilahan sampah yang sudah lebih lengkap dari 4 jenis sampah (organik, anorganik, limbah berbahaya) berdasarkan material utama dengan harga yang bersaing. Dampak utama yang dialami oleh masyarakat perkotaan adalah lingkungan yang bersih dan teratur, terlebih mencegah potensi luapan air karena sungai yang tersumbat.

Upaya Pencegahan dan Penanggulangan KBG (Kekerasan Berbasis Gender)

Kelompok perempuan Lihok-Pilipina, DAMPA/SOFP, dan UPWD berbagi praktik baik dari upaya pencegahan dan penanggulangan KBG. Walaupun KBG merupakan isu yang besar, kelompok ini telah memulai dari sektor yang konkrit dan menjawab permasalahan di wilayahnya. 

Lihok-Pilipina, berbasis di Kota Cebu, Filipina menjawab kebutuhan dan prioritas perempuan dari rumah tangga berpenghasilan rendah. Lihok-Pilipina juga mengembangkan mekanisme respons terhadap isu-isu kekerasan dalam rumah tangga dan pelecehan seksual. Praktik baiknya adalah kerjasama dan penguatan kapasitas aparat termasuk pusat krisis dalam mengatasi kasus terkait kekerasan berbasis gender. Hampir serupa, kelompok perempuan DAMPA/SOFP mengatasi isu kekerasan berbasis gender di tempat umum bekerja sama dengan otoritas lokal seperti pemerintah desa dan petugas di tempat layanan umum (transportasi, pasar, dan pusat layanan umum lainnya.

Advokasi People’s Plan Untuk Pembangunan Permukiman di Wilayah Perkotaan

Pasca Topan Ondoy, keluarga miskin perkotaan yang tinggal di sepanjang tanggul Banjir Manggahan menghadapi penggusuran paksa. Untuk melindungi hak mereka atas tempat tinggal yang layak, masyarakat bersatu dalam Aliansi Organisasi Rakyat Sepanjang Tanggul Banjir Manggahan (APOAMF).

Pada tahun 2010, APOAMF mulai menyusun People’s Plan – rencana pembangunan permukiman dan perumahan yang dibuat oleh keluarga miskin kota itu sendiri. Sebuah rencana dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. APOAMF melakukan dialog dengan pemerintah untuk mewujudkan visi dan aspirasi komunitas mereka terkait di mana dan bagaimana mereka harus tinggal, seperti apa lokasi permukiman mereka, dan bagaimana strategi pembiayaannya. Pada tahun 2018, pemerintah setempat telah menjalankan People’s Plan dan permukiman telah dibangun dan dikelola berdasarkan rancangan bersama masyarakat.

Isu Prioritas yang Ingin Diatasi Bersama

  1. Kelompok perempuan sepakat bahwa kesadaran untuk mengelola sampah di tingkat keluarga penting untuk dilakukan karena memberikan banyak manfaat termasuk dalam mengatasi risiko bencana. Kerjasama dengan pihak yang relevan seperti pemerintah desa dan pihak swasta dapat membantu memperkuat pengelolaan sampah.

  2. Kelompok perempuan sepakat bahwa aktivitas ekonomi bagi perempuan merupakan hak untuk perempuan dan memberikan banyak manfaat antara lain; kepercayaan diri, keahlian, kemampuan untuk bertahan hidup, aktualisasi minat dan bakat. Maka dari itu, kesempatan perempuan untuk mendapatkan akses pada pekerjaan dan kegiatan ekonomi harus setara.

  3. Kelompok Perempuan masih belum banyak yang terpapar informasi dan pemahaman tentang KBG (kekerasan berbasis gender) walaupun sebenarnya banyak yang menjadi korban. Kelompok perempuan perlu meningkatkan kapasitas dan bersama-sama dengan otoritas yang relevan membentuk mekanisme pelaporan yang aman sehingga jumlah kasus tidak semakin banyak.

  4. Kelompok Perempuan mendiskusikan pentingnya menjalin kerjasama dengan pihak eksternal yang memiliki mandat yang serupa dan sumber daya yang dapat dikelola secara sinergis, misalnya Dinas Perempuan, Dinas Lingkungan Hidup, BPBD, Pemerintah Desa, dll.

Langkah Penting Untuk Pengembangan Kelompok Perempuan Dampingan YEU

Peserta merumuskan strategi dan langkah selanjutnya

Ibu Lucy dari Kelompok Gempita yang mewakili kelompok perempuan YEU, merasa bahwa pengelolaan sampah yang dilakukan oleh kelompok perempuan di YEU sudah lebih maju karena pemilahan sampah anorganik sudah sangat detail. Namun, kelompok MRF di Barangan Muson sudah dapat bekerja sama secara langsung oleh PepsiCo atau perusahaan yang mengelola limbah. Sedangkan di Indonesia, kelompok perempuan masih menjual sampah terpilah kepada pengepul.

Melihat tantangan yang ada di internal kelompok, Ibu Lucy dari Kelompok Gempita menekankan bahwa regenerasi di kelompok penting saat ini karena melihat bahwa tidak banyak orang di kelompok perempuan yang berani untuk berkontribusi dalam kegiatan sosial dan mengoptimalkan potensinya, sehingga banyak peluang yang tidak tertangkap karena terbatasnya sumber daya. Kapasitas yang penting untuk dikembangkan oleh pengurus dan anggota adalah pemahaman terhadap kerangka kerja nasional dan internasional sehingga apa yang dibahas di tingkat atas (nasional dan internasional) dapat dihubungkan dengan upaya di akar rumput dan perwakilan akar rumput dapat meningkat dalam diskusi tingkat tinggi dan advokasi.

Pertukaran pembelajaran selama 4 hari menjadi kesempatan untuk menghimpun kekuatan kepemimpinan perempuan untuk bergerak, baik di tingkat akar rumput dan di tingkat global untuk menyuarakan ketangguhan terhadap risiko bencana, termasuk bencana alam dan non -alam yang semakin sering terjadi dan menimbulkan banyak kerugian.