Workshop bersama para mitra dan donor CLIP (Kemitraan untuk Inovasi Berbasis Komunitas)1 pada 23 Januari lalu bisa dibilang sebagai event pertama yang saya ikuti di tahun 2023 bersama para relawan. PB Palma GKJ Ambarrukma2 merasa terhormat menjadi salah satu destinasi perkunjungan ini.
Kami bersama para relawan sungai yaitu KPGW, Ambarsiaga, RMP, Regoll, dan Nologaten mempersiapkan penyambutan dan akomodasi perkunjungan ini dalam waktu yang cukup singkat, namun semua antusias dalam mengikutinya. Saya pribadi merasa senang, antusias, dan terkesan dengan kerja-kerja kemanusiaan yang dilakukan oleh mitra-mitra CLIP dari berbagai negara yaitu Filipina, Guatemala, India, Inggris, Jepang, dan Indonesia tentunya.
Bertempat di Balai Kalurahan Caturtunggal, Kapanewon Depok, Yogyakarta, PB Palma memaparkan berbagai kegiatan yang sudah dilakukan mulai dari pembuatan EWS (early warning system) di beberapa titik untuk memudahkan evakuasi jika banjir terjadi, penyediaan peralatan kesiapsiagaan bencana, pendataan kelompok rentan di wilayah terdampak banjir Sungai Gajah Wong, dan pembuatan tanda rumah yang dihuni oleh kelompok rentan.
Masing-masing komunitas memiliki tantangan tersendiri dalam melaksanakan kerja-kerja kemanusiaannya. Menariknya, kesadaran untuk peduli dan mengarusutamakan kepentingan kelompok rentan semakin bertambah di masing-masing negara. Tingkat pemahaman pentingnya melibatkan peranan kelompok rentan dibarengi dengan sarana-prasarana yang mampu memfasilitasi kelompok rentan dalam berkegiatan.
Meski sistem tersebut masih jauh dari sempurna dan masih banyak yang belum terjangkau/terlibat, namun langkah-langkah baru sangat berarti. Ada juga masukan yang baik untuk PB Palma, terutama terkait penyesuaian data kelompok rentan dari waktu ke waktu supaya data tersebut selalu valid.
Rizka memandu kegiatan diskusi
Hal menarik lainnya, secara pribadi, saya merasa tertantang karena saya pribadi bertanggungjawab untuk menjadi pemandu acara dan harus menyesuaikan kecepatan berbicara dengan penerjemah bahasa asing. Hal ini menarik karena ketika bisa mendengarkan dan memahami sharing dari para mitra dalam perbedaan bahasa itu 'menyegarkan'.
Ketika perkunjungan juga dilakukan ke GKJ Ambarrukma, saya sempat melihat salah satu mitra dari India yang memberi ice breaking menarik ke anak-anak sekolah SD BOPKRI Demangan 3 (sekolah dasar binaan GKJ Ambarrukma) yang menampilkan kesenian kulintang. Mitra dari India ini begitu mudah berbaur dengan anak-anak dan akrab, terlihat sangat menyenangkan.
Kunjungan mitra CLIP ke bantaran sungai
Ditulis oleh: Inovieka Rizka
Disunting dan diterjemahkan oleh: Lorenzo Fellycyano
1 Community-Led Innovation Partnership (CLIP) atau Kemitraan untuk Inovasi Berbasis Komunitas mendukung munculnya solusi-solusi yang kembangkan secara lokal untuk masalah-masalah kemanusiaan di Republik Demokratik Kongo (ditangguhkan), Guatemala, Indonesia, dan Filipina. YAKKUM Emergency Unit (YEU) menjalankan program IDEAKSI (akronim dari Ide, Inovasi, Aksi, dan Inklusi) sebagai proyek CLIP di Indonesia. Sebagai bagian dari kemitraan tersebut, IDEAKSI berusaha mencari solusi-solusi inovatif dan inklusif untuk penanggulangan bencana bagi kelompok paling rentan, termasuk difabel dan lansia.
Melalui dukungan dari Elrha, Start Network, the Asia Disaster Reduction and Response Network (ADRRN) Tokyo Innovation Hub, dan pendanaan dari the UK Foreign, Commonwealth, and Development Office (FCDO), YEU dapat mengadakan IDEAKSI sebagai proyek CLIP di Indonesia.
Media Sosial
@yakkumemergency
yakkumemergency
@YEUjogja