Gambar 1: Peluncuran website relawan YEU dalam merayakan Hari Relawan Internasional pada tanggal 5 Desember 2022 melalui talkshow tentang pengelolaan relawan.
Website Relawan YEU diluncurkan secara langsung oleh Direktur YEU, dr. Sari Mutia Timur, dan disaksikan oleh perwakilan relawan YEU pada momen Hari Relawan Sedunia 2022. Sebanyak 35 peserta hadir dalam kegiatan ini. Relawan YEU yang hadir adalah relawan yang pernah bekerja bersama YEU dalam berbagai aktivitas seperti tanggap darurat bencana, vaksinasi COVID-19 dan relawan pendataan. Selain itu, kegiatan ini turut mengundang mitra YEU yang terhimpun dalam HFI (Humanitarian Forum Indonesia) yang memiliki pengalaman dalam pengelolaan relawan yaitu Dompet Dhuafa (Maya Nuraini), Habitat Indonesia (Dwi Agustanti), dan Human Initiative (Agus Triyono). Hari Relawan Sedunia 2022 juga diisi dengan sesi diskusi mengenai pengelolaan relawan bencana yang melibatkan Kepala Pelaksana BPBD DIY.
Ahmad Shalahuddin Mansur, seorang Mahasiswa Pascasarjana Fakultas Teologi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta yang berfokus pada isu hak asasi manusia mengabdikan dirinya sebagai Fasilitator Young Interfaith Peacemaker Community (YIPC) Indonesia. Dalam perspektifnya, banyak sekali hal yang dapat digali dalam dunia kerelawanan dan yang utama menjadi relawan pada akhirnya adalah proses memberdayakan diri sendiri untuk memberdayakan orang lain. Refleksi ini datang dari pembelajaran pengelolaan tanggap darurat bencana yang masih dibanjiri oleh relawan yang datang dengan “euphoria” membantu namun tidak memikirkan dengan bijak apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh penyintas dan apakah aksinya mendatangkan konsekuensi yang merugikan. Peneliti di Rumah Pengetahuan
Amartya Yogyakarta, dan menjadi relawan di berbagai kegiatan dan organisasi sosial termasuk menjadi relawan YEU dalam vaksinasi untuk kelompok rentan merefleksikan pengalaman mereka menjadi relawan dalam momentum Hari Relawan Sedunia pada 5 Desember 2022.
Bapak Birawa Yuswantarna, sebagai Kepala Pelaksana BPBD DIY dan Dwi Agustanti sebagai DRR and Response Manager Habitat for Humanity Indonesia sepakat bahwa dalam konteks kebencanaan, Indonesia memiliki potensi relawan yang luar biasa besar. Contohnya ketika pandemi COVID-19, relawan yang dikelola oleh BPBD tidak hanya dari masyarakrat sipil namun juga TNI dan POLRI. Relawan menangani berbagai macam aktivitas seperti kubur cepat, vaksinasi, pengelolaan ambulans, dan lain-lain. Hal ini membuktikan bahwa dalam diri relawan melekat segala sumber daya, namun jika tidak dikelola dengan baik hal ini dapat menimbulkan konsekuensi yang merugikan masyarakat yang terdampak bencana. Dalam konteks tanggap darurat bencana, pengelolaan relawan yang tidak efektif dapat menimbulkan penumpukan baik dari segi jumlah dan kapasitas. Bahkan ketika tidak dibekali oleh pengetahuan yang cukup, relawan memiliki potensi untuk menempatkan penyintas pada kondisi yang lebih berisiko.
Gambar 2: Relawan YEU sedang mencoba registrasi dalam peluncuran website tersebut.
Untuk mengatasi dan menimalisir risiko terebut, BPBD selaku institusi yang bertanggung jawab pada penangananan dan penanggulangan bencana di Indonesia telah mengembangkan 26 kecakapan dasar relawan pada konteks penanggulangan bencana misalnya SAR (Search and Rescue), kaji cepat, logistik, dan PPGD (Penanggulangan Pertama pada Gawat Darurat). Selain itu, organisasi kemanusiaan juga telah mengembangkan mekanisme pengelolaan relawannya menjadi tidak hanya pada konteks bencana (tanggap darurat), misalnya Dompe Dhuafa yang mengelola lebih dari 19 ribu relawan dan Habitat for Humanity Indonesia yang memiliki relawan di seluruh penjuru Indonesia mengelola relawan yang bekerja bersama mereka pada kondisi tidak darurat dalam bidang lingkungan, pendidikan, sosial, pembangunan, dan pengorganisasian.
Pengelolaan relawan yang bernaung dalam organisasi kemanusiaan memungkinkan relawan mendapatkan pengetahuan dan nilai dasar seperti pelatihan kode etik organisasi dan relawan, standar inti kemanusiaan, perlindungan terhadap anak dan dewasa rentan, dan lain-lain. Pola hubungan dan interaksi antara organisasi kemanusiaan/institusi yang membidanginya dengan relawan sangat penting untuk dipelihara sehingga pekerjaan kemanusiaan dapat terlaksana secara efektif dan berkualitas. Selain itu inklusivitas dalam pengelolaan bencana terbukti menjadi strategi dalam mengatasi kebutuhan yang spesifik. Misalnya, dalam konteks penanganan COVID-19, relawan disabilitas menjadi garda terdepan yang memiliki potensi handal dalam membantu percepatan vaksin dalam pendataan dan edukasi terhadap orang dengan disabilitas, lansia, dan kelompok rentan lainnya.
Gambar 3: Sebanyak 30 relawan YEU diundang dalam acara tersebut. Para relawan telah bekerja bersama YEU dalam beberapa respon tanggap darurat.
Namun, para relawan disabilitas menyatakan bahwa akses kepada informasi yang memungkinkan untuk mereka terlibat menjadi relawan masih sangat minim dan berhadap bahwa organisasi kemanusiaan membuka peluang sebesar-besarnya bagi disabilitas berpartisipasi sesuai dengan kapasitasnya. Para relawan yang hadir dalam acara bincang Pengeloloaan Relawan sepakat bahwa niat yang baik dan kesiapan untuk melayani saja tidak cukup, namun dibutuhkan kesadaran penuh terhadap apa yang dilakukan dan kemauan untuk belajar dan berkembang sehingga baik relawan dan organisasi kemanusiaan yang menaunginya dapat bersinergi menciptakan pelayanan yang bermartabat dan saling memberdayakan.
Media Sosial
@yakkumemergency
yakkumemergency
@YEUjogja