
Untuk pertama kalinya dalam sejarah proyek terkait, semua mitra dari Kemitraan untuk Inovasi Berbasis Masyarakat (CLIP) berhasil bertemu tatap muka secara langsung. Lokakarya Tahunan CLIP (CLIP Annual Workshop) tahun 2023 yang telah diselenggarakan menjadi kesempatan bagi para peserta dari tujuh negara untuk berbagi pengalaman pembelajaran, mengunjungi destinasi wisata daerah, dan menjalin persahabatan. Mereka berkumpul pada 23–27 Januari 2023 di Yogyakarta, Indonesia.
Proyek CLIP sendiri adalah suatu kemitraan kolaboratif antara Elrha dari Inggris, Start Network, Asia Disaster Reduction and Response Network (ADRRN), Center for Disaster Preparedness (CDP) Filipina, la Asociación de Servicios Comunitarios de Salud (ASECSA) Guatemala, and YAKKUM Emergency Unit (YEU). CLIP didanai oleh the UK Foreign, Commonwealth & Development Office (FCDO). CLIP mendukung kemunculan dan pengembangan solusi-solusi yang digerakkan secara lokal untuk masalah-masalah kemanusiaan di Republik Demokratik Kongo (ditangguhkan), Guatemala, Indonesia, dan Filipina.
Dalam lokakarya tatap muka CLIP yang pertama kali ini, rekan-rekan dari Sustainable Environment and Ecological Development Society of India (SEEDS India) bergabung dengan para peserta dari organisasi-organisasi yang terlibat dalam kemitraan. Dalam acara lima hari yang penuh dengan momen-momen berkesan, seluruh organisasi dalam kemitraan ini mengevaluasi proyek yang berlangsung selama tiga tahun dan mempersiapkan kelanjutan proyek selama dua tahun ke depan.
Isabel dari Elrha dan Ikue dari ADRRN menikmati sajian bakaran tradisional
Bertamasya dan mencicipi sajian khas Jogja
Sebagai mitra yang menjadi tuan rumah kegiatan, tim dari YEU mempersiapkan kunjungan kebudayaan untuk menunjukkan sekilas warisan kultural Indonesia dengan menyambangi Keraton Ratu Boko, sebuah kompleks istana Hindu–Buddhis kuno yang berlokasi dekat dengan Candi Prambanan.
Selama sepekan, mitra-mitra CLIP menginap di Hotel 101 Yogyakarta Tugu. Dari sana, mereka dapat dengan mudah menjangkau daerah wisata utama di Yogyakarta (atau disebut pula Jogja). Selain menikmati sajian dari hotel, para mitra juga berkesempatan merasakan nikmatnya kuliner lokal: makanan khas Barat di Candhari Heaven dengan pemandangannya yang mengagumkan, kudapan sore di Candi Tirto Raharjo dengan kolam-kolam ikan meditatifnya, dan cita rasa Jawa bergaya makan angkringan di Warung Klangenan.
Makanan juga menjadi salah satu daya tarik dalam dua kunjungan lapangan yang diagendakan pada hari pertama dan keempat dari pertemuan ini. Tim inovator YEU dalam program IDEAKSI (akronim dari Ide, Inovasi, Aksi, dan Inklusi) di Kalurahan Giriasih, Gunungkidul, menyajikan santapan ikan untuk makan siang yang ternyata sangat disukai oleh para peserta.
Di GKJ Ambarrukma, sebuah gereja Kristen yang berlokasi di Kalurahan Caturtunggal, Sleman, sederetan menu tipikal Jawa disajikan untuk santap siang, juga oleh para inovator IDEAKSI. Kesempatan untuk berinteraksi bersama masyarakat sekitar menjadi semakin meriah dengan adanya para peserta yang mencoba bermain kulintang, suatu alat musik tradisional, bersama-sama dengan anak-anak dari gereja tersebut.
IDEAKSI sendiri adalah bentuk proyek CLIP oleh YEU di Indonesia. IDEAKSI mengupayakan solusi-solusi inovatif dan inklusif dalam penanggulangan bencana untuk kelompok-kelompok paling berisiko, termasuk difabel dan lansia. Proyek ini saat ini ada dalam fase pertumbuhan (scale-up).
Perjumpaan dengan inovator IDEAKSI di Kantor Kalurahan Caturtunggal
Kunjungan penuh manfaat ke inovator IDEAKSI
Para peserta CLIP Annual Workshop turut mengunjungi dua dari empat lokasi inovasi dari tim-tim IDEAKSI di fase pertumbuhan yang disebutkan sebelumnya, yaitu Kelompok Tani Ngudi Mulya di Gunungkidul dan PB Palma (unit penanggulangan bencana dan pelayanan masyarakat di bawah GKJ Ambarrukma) di Sleman. Sekalipun hanya mengunjungi dua tempat, mereka berkesempatan mendiskusikan beragam aspek dari setiap inovasi para mitra CLIP dalam kelompok-kelompok kecil dengan para inovator IDEAKSI yang berjumlah sembilan tim.
Dalam kunjungan pada hari Senin (23/1) ke PB Palma, perwakilan dari delapan inovator IDEAKSI berjumpa untuk pertama kalinya dengan para mitra CLIP dari enam negara. Sebelum meninjau inovasi sistem peringatan dini PB Palma di sepanjang Sungai Gajahwong, para peserta membahas topik-topik keberlanjutan, pengumpulan data, tata kelola, dan partisipasi masyarakat terkait inovasi.
Perwakilan pemerintah daerah dan para petani menghadiri kunjungan lapangan kedua ke tim inovator IDEAKSI lainnya, Ngudi Mulya, pada hari Kamis (26/1). Sebelum menyaksikan sendiri bagaimana sistem irigasi kabut cerdas (smart mist irrigation) berfungsi, para mitra CLIP mempelajari bagaimana inovasi ini merupakan suatu gagasan yang digerakkan oleh masyarakat sendiri dan bagaimana nikmatnya sajian tradisional di daerah mereka.
Samuel dari SEEDS India berfoto dengan petani Ngudi Mulya
Kesan dari para inovator IDEAKSI
Dari beragam interaksi yang tercipta saat kunjungan-kunjungan tersebut, beberapa inovator IDEAKSI menuliskan kesan dan komentar mereka sebagaimana tertulis di bawah ini.
Melalui pertemuan workshop CLIP yang lalu, kita dapat belajar bahwa masing-masing komunitas atau wilayah dapat mengembangkan metode atau media yang sesuai dengan kondisi masing-masing dalam peningkatan kapasitas menghadapi bencana. Dari India, kita belajar tentang pemanfaatan GIS (sistem informasi geografis) dalam pemodelan dan prediksi risiko bencana. Dari Filipina, kita belajar pemanfaatan data dan diseminasi informasi untuk menyusun kebijakan. Dari Guatemala, kita belajar bagaimana melakukan pendekatan dan pelibatan masyarakat dalam kegiatan penanggulangan bencana. Dan dari Indonesia, kita belajar bagaimana mengintegrasikan data kelompok rentan dalam perencanaan pembangunan yang inklusif di tingkat [daerah].
Amin Nurohmah dari Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Gunungkidul
Saya sangat senang bisa bertemu dan diskusi tatap muka secara langsung. Yang paling menarik adalah bahwa ketika musyawarah pasti akan menemukan orang yang sulit [keras kepala], kalau di Indonesia orang yang sulit akan luluh dengan leader, kalau di luar negeri orang sulit akan cenderung luluh ketika sudah muncul rasa malu.
Irfan dari Forum Komunikasi Winongo Asri (FKWA)
… banyak ilmu yang kami dapat dari diskusi-diskusi kemarin, hanya memang terkendala di bahasa. Seperti [saat] kami berkomunikasi dengan teman-teman tuli, hanya sedikit kata yang saya pahami, jadi kadang bingung.
Saryono dari DIFAGANA DIY (Difabel Siaga Bencana Daerah Istimewa Yogyakarta)
Terima kasih kepada YEU yang telah mengundang kami untuk bertemu dengan para donor. Adalah sebuah kesempatan yang membanggakan bisa bertemu dengan para pekerja sosial yang sungguh-sungguh mendedikasikan hidupnya untuk sesama. Setelah bertemu dengan para donor, saya menjadi semakin termotivasi untuk semakin meningkatkan kualitas dan kapasitas diri saya untuk pengabdian kepada masyarakat. Dan yang paling mengesankan bagi saya adalah saya bisa bertemu dengan 2 donor luar biasa dari Jepang dan kami bisa ngobrol dengan bahasa Jepang. Setelah sekian lama tidak berbicara dengan bahasa Jepang, akhirnya bisa ngobrol dengan bahasa Jepang. Wah, sungguh serasa tinggal di Jepang lagi.
Jepang telah mengajarkan banyak hal kepada saya. Termasuk program SEKOCI ini pun juga saya adopsi dari pengalaman saya tinggal dalam program homestay di Jepang.
Agus Putranto dari SEKOCI
Media Sosial
@yakkumemergency
yakkumemergency
@YEUjogja