
Gambar. Bp Sulaiman (kiri) diwawancarai oleh salah satu staff infokom YEU di Lumajang.
Gunung Semeru adalah satu gunung api aktif di wilayah Provinsi Jawa Timur. Tercatat terdapat (3) tiga erupsi dalam waktu kurang dari lima tahun, yaitu pada tahun 2020, 2021, dan 2022. Letusan terbesar terjadi pada 4 Desember2021. Tepat satu tahun setelahnya, pada 4 Desember 2022, Gunung Semeru kembali meletus. Saat ini, masyarakat sudah siap dan cepat dalam melakukan evakuasi. Karena kejadian ini berjarak tepat satu tahun setelahnya maka masyarakat di sekitar Gunung Semeru semakin waspada, terutama pada bulan Desember.
Hidup dekat Gunung Semeru memberikan konsekuensi tersendiri dimana masyarakat selalu sadar bahwa daerahnya merupakan daerah rawan bencana. Menyikapi kondisi tersebut, masyarakat mulai berinisiatif membentuk satgas bencana di desa-desa di dekat puncak Gunung Semeru, termasuk di desa Supiturang - desa yang paling dekat dengan puncak Semeru. Beberapa warga secara sukarela menjadi anggota satgas bencana, termasuk Pak Sulaiman.
Pak Sulaiman mengenang, “Sebelum tahun 2020 pernah terjadi gempa bumi yang memicu longsor. Saya menyaksikannya ketika saya bekerja di tambang pasir. Ada aliran piroklastik yang diikuti oleh tebing yang runtuh dalam perjalanan ke tambang pasir.”
Pada tahun 2020, sebelum satgas dibentuk, Pak Sulaiman sudah mulai mengamati kondisi Gunung Semeru. “Saya berinisiatif sendiri untuk mempelajari ciri-ciri dari Gunung Semeru dengan mengamati tanda-tanda alam. Saya ingin mempelajari lingkungan setempat. Saya ingin mempelajari kearifkan lokal tersebut yang pernah diwariskan dari generasi tua, yang sayangnya tidak diperhatikan lebih lanjut oleh generasi sekarang. Setidaknya saya ingin tahu tanda-tanda kapan akan meletus lagi”, kata Pak Sulaiman.
Pak Sulaiman juga ingin belajar lebih banyak tentang manajemen bencana, terutama ketika dia dan keluarganya terkena dampak letusan besar pada 4 Desember 2021. Kemudian dia bertemu dengan tim YEU yang memberikan intervensi tanggap bencana di desanya, di Desa Supiturang. Tim satgas penanggulangan bencana yang telah terbentuk diperkuat dengan serangkaian peningkatan kapasitas kepada para anggotanya. Pada erupsi 4 Desember 2022, pembagian peran/tanggung jawab gugus tugas bencana dipraktikkan saat mereka melakukan evakuasi dan pengelolaan shelter bersama dengan unit pemerintah daerah.
Menurut Bapak Sulaiman, Satgas Bencana merupakan garda terdepan dalam penanggulangan bencana. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui tanda-tanda yang dapat menyampaikan informasi tertentu sebelum terjadi bencana (tanda-tanda alam), seperti ketika ada angin kencang yang datang dari timur gunung berapi ke barat dan kembali lagi ke timur, banjir di sungai-sungai utama di lereng gunung berapi dan saat binatang buas turun dari gunung.
Ia ingin belajar dari kedua kearifan lokal lama dengan pengetahuan baru dalam penanggulangan bencana. Oleh karena itu, ia antusias mengikuti serangkaian pelatihan bagi anggota satgas.
Keluarga Pak Sulaiman juga mendukung keputusannya untuk aktif di gugus tugas dan melakukan tanggap darurat saat terjadi bencana. Terkadang istrinya yang akan mengingatkannya untuk memantau aktivitas vulkanik Gunung Semeru saat mendung di wilayahnya. Dan dengan bantuan teknologi, dia bisa memantau gunung berapi dari rumahnya di mana dia membuka platform online dari ponselnya, di mana dia bisa menonton CCTV live streaming yang terpasang di puncak.
Media Sosial
@yakkumemergency
yakkumemergency
@YEUjogja