
YAKKUM Emergency Unit mengikuti the 27th Conference of the Parties (COP27) di Sharm El-Sheikh, Mesir pada 14 November - 18 November 2022.
Beberapa topik yang dibahas dalam kegiatan tersebut diantaranya adalah bagaimana memastikan gender window dalam program ketangguhan komunitas, bagaimana meningkatkan peran lintas pihak untuk mendukung adaptasi berbasis masyarakat (locally-led adaptation), apa yang harus ada dalam dokumen keluaran COP27 dan apa yang harus ada dalam dokumen Global Goals for Adaptation.
Gambar 1: Debora Dian Utami and Syarifah Anggraeni mengikuti diskusi panel.
Dalam kesempatan ini, Ibu Syarifah Anggraeni (Ketua Kelompok Perempuan Tani Migunani) yang merupakan mitra YEU dalam proyek Scaling Up Community Resilience Fund for Reducing Disaster Risk sejak tahun 2020 hingga saat ini, turut membagikan pengalamannya dalam sesi "Menempatkan Perempuan di Pusat Investasi Adaptasi: Potensi Program Kemitraan Ketahanan Masyarakat". Diskusi panel ini digagas oleh Huairou Commission dan didukung oleh YEU untuk memperkenalkan Program Kemitraan Ketahanan Masyarakat atau Community Resilience Partnership Program (CRPP). Program ini bertujuan untuk meningkatkan investasi dalam adaptasi iklim yang membahas hubungan iklim, kemiskinan, dan gender, terutama mempromosikan inisiatif adaptasi yang berpusat pada perempuan. Ibu Syarifah menceritakan pembelajaran dari komunitas, terutama pandangan perempuan akar rumput dalam mengatasi hambatan dan meningkatkan kapasitas, serta pengakuan kepada peran perempuan sebagai “agen perubahan” dalam mendorong ketahanan.
Melalui kegiatan ini, perwakilan YEU yaitu Debora Dian Utami (Program Manager), Syarifah Anggraeni, dan Jessica Novia (Project Manager) dapat bertemu dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia, Indonesia mengajukan ENDC (Enhanced Nationally Determined Contribution) atau Kontribusi dalam menjaga suhu global untuk mengurangi emisi (target Indonesia dinaikkan menjadi 31,89% tanpa syarat dan 43,2% dengan dukungan internasional) namun tidak ada penjelasan yang jelas untuk mengukur kemajuan adaptasi yang dipimpin secara lokal di negara.
Gambar 2: Jessica Novia & Syarigah Anggraeni sedang berbincang dengan Ibu Sri Tantri Arundhati, Direktur Adaptasi Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan dan Kehutanan Republik Indonesia.
Salah satu program adaptasi yang ditonjolkan oleh pemerintah adalah program Kampung Iklim, di mana masyarakat dapat mengajukan karyanya dan mendapatkan pengakuan (yang nantinya dapat didukung oleh pemerintah) atas upaya yang dilakukannya sehingga perlu komunikasi lanjutan dengan Direktorat Adaptasi, mendorong kepemimpinan perempuan bekerjasama dengan pemerintah dalam memantau pelaksanaan program Kampung Iklim, dan Hubungi focal point program hibah kecil GEF (Global Environment Facility) untuk mengeksplorasi kolaborasi dalam meningkatkan upaya adaptasi yang dipimpin secara lokal oleh perempuan akar rumput.
Pembelajaran yang didapat direfleksikan dengan apa yang dilakukan YEU selama ini adalah Program-program YEU perlu diinlinekan dengan progres pencapaian kerangka-kerangka global. Selain itu, rekomendasi untuk lembaga kedepannya yaitu memelihara networking untuk perubahan iklim, menjajaki peluang pengembangan proposal terkait perubahan iklim dan berkoordinasi dan monitoring untuk kelompok-kelompok yang pernah didampingi YEU terutama yang bergerak di isu perubahan iklim.
Media Sosial
@yakkumemergency
yakkumemergency
@YEUjogja