Kaji Cepat Kebutuhan di Sleman : Dampak COVID-19 terhadap Lansia

Pada 11 Maret 2020, World Health Organisation (WHO) menetapkan COVID-19 sebagai pandemi menyusul semakin meningkatnya jumlah orang yang terkonfirmasi positif di berbagai belahan dunia. Hingga 8 April 2020, COVID-19 menjangkiti 211 negara dengan total 1.214.466 kasus terkonfirmasi. Di Indonesia, sejak diumumkan kasus positif pertama kali pada awal Maret 2020 lalu, jumlah kasus terkonfirmasi positif semakin meningkat mencapai 2738 kasus positif, 204 sembuh dan 221 meninggal dunia[1].  Beberapa studi yang dilakukan menunjukkan bahwa angka kematian hampir 15% pada kelompok usia di atas 80 tahun,  8% pada kelompok usia 70-79 tahun, dan 3,6% pada usia 60-69 tahun dari seluruh kasus virus corona[2]. Studi ini menunjukkan bahwa lansia termasuk salah satu yang paling rentan terhadap COVID-19. Tidak hanya dari segi kesehatan, wabah yang terjadi saat ini juga mempengaruhi mata pencaharian lansia mengingat 28% lansia memiliki usaha sendiri dan kebanyakan berada pada sektor informal.

Melihat situasi saat ini, YEU berinisiatif untuk melakukan kaji cepat kebutuhan terhadap para lanjut usia di Kabupaten Sleman untuk melihat dampak yang dirasakan lansia terhadap situasi wabah saat ini. Selain itu, kaji cepat juga dilakukan untuk organisasi berbasis masyarakat yang secara rutin melakukan aktivitas swabantu bersama dan untuk lanjut usia di wilayah proyek YEU yang berjalan saat ini.

Kaji cepat kebutuhan lansia mulai dilaksanakan pada 27 Maret 2020 dengan metode pengumpulan data secara kualitatif melalui wawancara terhadap 18 informan kunci yang terdiri dari lanjut usia, pengurus atau relawan Kelompok Lintas Generasi*, dan perwakilan dari Dinas Kesehatan (Puskesmas) dan Dinas Sosial Kabupaten Sleman. Wawancara dilakukan secara langsung oleh perwakilan pengurus Kelompok Lintas Generasi setelah dibekali pertanyaan-pertanyaan dan panduan wawancara. Selain itu, wawancara juga dilakukan melalui telepon oleh YEU.

 

Kesadaran dan Upaya-upaya Pencegahan COVID-19

Sebagian besar lansia mendapatkan informasi mengenai COVID-19 dari masyarakat sekitar baik melalui perangkat RT, RW, Padukuhan maupun Desa. Selain itu, TV dan radio juga menjadi media alternatif terutama bagi lansia menengah. Sementara bagi lansia muda (60-69 tahun), informasi mengenai COVID19 didapatkan dari grup whatsapp. Semua responden lansia sudah mengetahui informasi seputar penyebab COVID-19, media penularannya, dan upaya-upaya pencegahan COVID-19 antara lain membatasi aktivitas di luar rumah, menggunakan masker, sering cuci tangan pakai sabun. Namun, informasi spesifik panduan kesiapsigaan untuk lansia belum banyak diketahui misalnya untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari maupun membeli obat-obatan rutin masih dilakukan oleh lanjut usia meski ada perasaan khawatir ketika harus pergi ke Puskesmas. Namun, beberapa sudah melakukan antisipasi dengan menggunakan masker dan menghindari kerumunan, juga dengan meminta anggota keluarga untuk berbelanja.

Meskipun sebagian besar responden lansia sudah paham pentingnya menggunakan masker namun hanya sekitar 35% dari responden yang menyampaikan sudah memiliki masker. Selain masker, penyemprotan juga dilakukan sebagai salah satu upaya pencegahan penyebaran COVID-19 di semua desa. Beberapa merupakan arahan dari Pemerintah Desa, namun ada pula yang merupakan inisiatif dari warga dengan mengumpulkan dana sehingga setiap KK bisa mendapat handsanitizer dan disinfektan atau penyemprotan seminggu 2x. Meskipun tidak banyak organisasi luar desa yang terlibat, di kebanyakan desa pemerintah maupun organisasi berbasis masyarakat di desa sudah proaktif melakukan antisipasi penyebaran seperti Karang Taruna dan TAGANA.

Antisipasi lain yang dilakukan berupa penundaan pertemuan-pertemuan masyarakat di desa seperti Pertemuan PKK, Pertemuan KLG, Posyandu Lansia, senam lansia, arisan, dan sebagainya. Ada pula yang menyampaikan kalau jika pertemuan tetap diadakan yang hadir tidak boleh lebih dari 5 orang dan diwajibkan melaporkan dulu pada Pemerintah setempat. Ibadah sholat Jumat yang biasanya dilakukan di masjid, saat ini hingga waktu yang belum ditetapkan dilakukan di rumah masing-masing, begitu juga bagi lansia yang beragama Kristen dan Katolik, ibadah hari Minggu dilakukan di rumah dengan mengikuti TVRI atau radio. Penutupan akses jalan kecil di dusun atau desa juga dilakukan. Pada beberapa wilayah dilaporkan ada penyemprotan di jalan masuk dusun oleh warga atau pengurus RT bagi tiap orang yang masuk. Kunjungan dari tamu luar wilayah juga dibatasi. Dari wawancara terlihat lansia berupaya mentaati anjuran dari Pemerintah meskipun ada perasaan tidak nyaman karena harus berada di rumah. Namun, mereka percaya dengan mengikuti anjuran Pemerintah, ada perasaan aman yang dirasakan.

 

Dampak COVID-19 terhadap Kesehatan

Sebagian besar responden menjawab kondisi kesehatan mereka yang cukup baik. Beberapa responden menyampaikan bahwa mereka berupaya menjaga stamina tubuh dengan makan makanan yang sehat, minum vitamin, tidur yang cukup maupun menenangkan pikiran dengan banyak berdoa/beribadah. Namun, ada pula beberapa lansia yang merasa takut, susah, dan khawatir sehingga berdampak pada kesehatannya misalnya tekanan darah naik, tidur tidak nyenyak, atau sering pusing karena riwayat sakit sebelumnya. Ada lansia yang menyampaikan awal wabah ini merebak merasa cemas dan depresi namun setelah tahu informasi pencegahan dan mengurangi membaca/mendengar berita-berita yang membuat tidak nyaman, keadaannya bisa berangsur-angsur membaik. Beberapa lansia berusaha menghibur diri dengan melakukan hobi seperti bertanam, menjahit, atau menanyakan kabar melalui telepon maupun sesekali berbicara dengan tetangga sekitar dari depan rumah.

 

Dampak terhadap aspek Ekonomi

Sebagian besar responden lansia dan pengurus KLG menyampaikan bahwa wabah COVID-19 memberi dampak yang cukup besar bagi mereka terutama pada aspek ekonomi. Hal ini umumnya dirasakan oleh mereka yang memiliki usaha kecil seperti warung kelontong maupun berjualan makanan. Meski demikian, mereka yang memiliki usaha tetap membuka usahanya meskipun jumlah pembeli menurun drastis. Sebagai contoh, di warung kelontong yang dikelola salah satu pengurus KLG yang sebelum wabah bisa menghasilkan pendapatan hingga Rp. 300.000 per hari, saat ini dalam sehari pendapatan menjadi kurang dari Rp. 100.000. Ada pula yang memiliki usaha bakmi godog yang buka tiap malam, saat ini memperpendek jam berjualan karena khawatir COVID-19 dan pengunjung juga sepi, sebelum COVID-19 bisa menjual 40 pesanan saat ini turun hingga setengahnya.  Meski demikian, tidak ada perubahan pada lansia yang bekerja di sawah. Aktivitas bertani setiap harinya tetap dilakukan. Salah satu lansia menyampaikan beberapa bulan lalu karena cuaca panas, sawahnya tidak panen sehingga pasokan beras rumah tangganya juga berkurang. Dari wawancara terlihat bahwa tantangan pemenuhan kebutuhan pangan sehari-hari menjadi sumber kekhawatiran. Dari harga sembako yang mulai merangkak naik, juga pasokan bahan pangan yang terbatas di beberapa tempat.

Beberapa pengurus KLG menyampaikan ada bantuan yang sudah diberikan dari masjid terutama untuk lansia berupa beras, mie instan, dan sebagainya. Pengurus KLG lain berinisiatif membagikan sembako atau PMT bagi lansia terdampak.

Di lingkup Kelompok lintas generasi, wabah COVID-19 juga berdampak pada penyelenggaraan kegiatan rutin KLG seperti pertemuan bulanan, cek kesehatan bulanan, senam, dan juga mikro kredit. Pada beberapa KLG, sesuai kesepakatan dengan anggota pembayaran mikro kredit diundur hingga Mei 2020 mengingat sebagian besar anggota KLG merasakan dampak ekonomi dari situasi wabah saat ini.

 

Prioritas Kebutuhan dan Dukungan yang diperlukan

Dari hasil wawancara, prioritas kebutuhan yang diperlukan bagi lansia pada situasi saat ini antara lain pemenuhan kebutuhan pokok seperti beras, tepung, telur, dan sebagainya. Sebagian besar responden juga menyampaikan adanya kebutuhan vitamin, dukungan untuk cek kesehatan terutama tekanan darah terutama bagi yang memiliki riwayat tekanan darah tinggi atau rendah, kebutuhan sabun untuk cuci tangan atau handsanitizer dan juga penyediaan masker.

Selain itu, responden juga menyebutkan kebutuhan dukungan psikososial bagi lansia. Sebagian besar responden merasakan sedih dan susah karena tidak bisa bertemu dengan teman-temannya, mengikuti pertemuan, bernyanyi atau jalan sehat bersama-sama.

Dari hasil kaji cepat kebutuhan lansia , beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan antara lain:

  1. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman terkait upaya-upaya kesiapsiagaan bagi lanjut usia dan keluarganya dengan bahasa yang mudah dipahami. Upaya ini bisa dilakukan salah satunya melalui media radio.
  2. Penyediaan alat perlindungan diri bagi lansia, kader dan masyarakat berupa masker kain dan sosialisasi aturan penggunaannya, juga penyediaan fasilitas kebersihan seperti sabun cuci tangan maupun handsanitizer.
  3. Penyediaan jaminan hidup berupa paket sembako bagi lansia kurang mampu.
  4. Pemeriksaan kesehatan rutin seperti tekanan darah, denyut nadi, cek darah (gula, kolesterol, asam urat) bagi lansia dengan riwayat tersebut oleh kader terdekat dan rujukan konsultasi kesehatan online (dengan telepon atau app) ke fasilitas Kesehatan.
  5. Kolaborasi multipihak untuk pendataan lansia dan keluarganya yang terdampak COVID-19 untuk akses bantuan yang tersedia untuk mencegah tumpang tindih.
  6. Memastikan lansia dengan penyakit kronis mendapatkan akses kesehatan yang berkelanjutan dan tidak terputus baik untuk pemeriksaan maupun pengobatan.
  7. Mendorong dan melibatkan lansia dalam aktivitas-aktivitas untuk membantu mereka melewati masa isolasi di rumah dan meningkatkan kesehatan jiwa.

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi YEU +62 274 882477 atau email yeu@yeu.or.id


[1] Sumber : https://www.covid19.go.id/ diakses pada 8 April 2020.